Sunday, November 18, 2012

IDENTIFIKASI HIDROKARBON



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Senyawa organik yang hanya mengandung atom hidrogen dan karbon disebut hidrokarbon. Hidrrokarbon terbagi menjadi dua yaitu hidrokrbon alifatik dan hidrokarbon siklik. Hidrokarbon alifatik dan siklik juga dibagi lagi dalam beberapa bagian. Hidrokarbon alifatik terbagi menjadi dua yaitu alifatik jenuh (senyawa alkana) dan alifatik tak jenuh (senyawa alkena dan alkuna), sedangkan hidrokarbon siklik terbagi menjadi tiga yaitu siklik jenuh (sikloalkana), siklik tak jenuh (sikloalkena), dan siklik aromatic (benzena).
Sifat fisik yang dimiliki oleh hidrokarbon disebabkan oleh sifat non polar dari senyawa tersebut. Umumnya hidrokarbon tidak dapat bercampur dengan pelarut polar seperti air atau etanol. Sebaliknya hidrokarbon daopat bercampur dengan pelarut yang relative non polar seperti karbon tetra klorida (CCl4) atau diklorometana (CH2Cl2). Reaktivitas kimia senyawa hidrokarbon ditentukan oleh jenis ikatannya. Hidrokarbon jenuh (alkana) tidak reaktif terhadap sebagian besar pereaksi. Hidrokarbon tak jenuh (alkena dan alkuna), dapat mengalami reaksi adisi pada ikatan rangkap dua atau rangkap tiganya. Sedangkan senyawa aromatic biasanya mengalami reaksi substitusi.
Berikut ini adalah reaksi-reaksi yang terjadi pada hidrokarbon:
1, Reaksi Pembakaran
Hasil pembakaran hidrokarbon adalah CO2 dan H2O. Sebagaimana reaksinya adalah sebagai berikut. CH4  2O2  CO2 + 2H2O
2. Reaksi dengan Bromin
Hidrokarbon tak jenuh bereaksi cepat dengan bromine dalam larutan CCl4.  Reaksi yang terjadi adalah adisi bromine pada ikatan rangkap. Larutan bromine berwarna merah kecoklatan sedangkan hasilnya adalah tidak berwarna. Sehingga terjadinya reaksi ini ditandai dengan ilangnya warna larutan bromine. Alkana yang tidak memiliki ikatan rangkap, tidak bereaksi dengan bromine (warna merah kecoklatan bromine tetap ada). Sedangkan senyawa aromatic dapat mengalami reaksi substitusi dengan bromine dengan adanya kjatalis Fe atau AlCl3. Reaksi substitusi tersebut juga menghasilkan gas HBr.
3. Reaksi dengan H2SO4 pekat
Hidrokarbon tak jenuh akan mengalami reaksi adisi dengan H2SO4 pekat dingin. Produksi yang dihasilkan adalah asam alkil sulfonat yang larut dalam H2SO4. Hidrokarbon tak jenuh dengan H2SO4 pekat tidak bereaksi, sedangkan alkuna dan senyawa aromatik bereaksi lambat.
4. Reaksi dengan KMnO4 (Uji Baeyer)
Larutan KMnO4  mengoksidasi senyawa tak jenuh. Alkan dan senyawa aromatic umumnya tidak reaktif dengan KMnO4. Terjadinya reaksi ini ditandai dengan hilangnya warna ungu dari KMnO4 dan terbentuknya endapan coklat MnO2. Produk yang dihasilkan adalah suatu glikol atau 1,2-diol.
Dari dasar teori tersebut telah dilakukan beberapa percobaan untuk mengidentifikasi senyawa hidrokarbon berdasarkan reaksi-reaksi yang telah dijelaskan di atas. Prosedur, alat-alat dan bahan yang digunakan, serta hasil pengamatan dalam percobaan akan dijelaskan pada BAB II.
1.2  Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan identifikasi hidrokarbon yaitu:
1.      Menyelidiki sifat-sifat fisik dan kelarutan senyawa hidrokarbon.
2.      Membandingkan reaktivitas antara alkana, alkena, dan senyawa aromatik.

1.3  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan tujuan yang telah dijelaskan sebelumnya, dari sini kita dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Alat dan bahan apa saja yang digunakan kuntuk mengidentifikasi senyawa hidrokarbon?
2.      Bagaimanakah prosedur kerja percobaan identifikasi hidrokarbon berdasarkan reaksi-reaksi yang telah dijelaskan pada latar belakang?
3.      Bagaimanakah hasil pengamatan dari percobaan yang dilakukan?
4.      Bagaimanakah pembahasan mengenai perbandingan antara haasil percobaan engan dasar teori?



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan identifikasi hidrokarbon yaitu:
·         Tabung reaksi
·         Pipet tetes
·         Batang pengaduk
·         Kaca arloji
·         Gelas piala
·         Gelas ukur
2.2  Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan identifikasi hidrokarbon yaitu:
·         Sikloheksena
·         Toluen
·         Minyak goreng
·         Minyak tanah
·         H2SO4 pekat
·         Es batu
·         KMnO4 1%
2.3  Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam melakukan percobaan ini ada beberapa langkah-langkah yaitu:
·         Sifat Fisik Hidrokarbon
1.      Dimasukkan 10 tetes sikloheksena, toluen, dan minyak goreng ke dalam tiga tabung reaksi berbeda. Ditambahkan 10 tetes air ke dalam tiga tabung reaksi tersebut dan diamati. Digoncang-goncangkan ke tiga tabung reaksi tersebut agar tercampur dan dibandingkan dengan hasil percobaan sebelum diguncangkan.
2.      Dimasukkan 10 tetes sikloheksena, toluene, dan minyak goring ke dalam tiga tabung reaksi berbeda. Ditambahkan 10 tetes minyak tanah ke dalam tiga tabung reaksi tersebut dan diamati. Digoncang-goncangkan ke tiga tabung reaksi tersebut agar tercampur dan dibandingkan dengan hasil percobaan sebelum digoncang-goncangkan.
·         Sifat Kimia Hidrokarbon
1.      Reaksi pembakaran
Diteteskan 10 tetes masing-masing sikloheksena, toluene, dan minyak goreng ke dalam masing-masing kaca arloji. Dibakar secara hati-hati dan diamati nyala serta warna asap yang dihasilkan dari proses pembakaran. (Dilakukan di lemari asam)
2.      Reaksi dengan KMnO4
Dimasukkan 1ml sikloheksena, toluene, dan minyak goreng ke dalam tiga tabung reaksi berbeda. Ditambahkan tetes demi tetes KMnO4 ke dalam tabung reaksi tersebut sambil digoyangkan. Reaksi positif bila warna ungu dari KMnO4 hilang dan timbul endapan coklat MnO2.
3.      Reaksi dengan H2SO4 pekat
Dimasukkan 1 ml sikloheksena, toluene, dan minyak goreng ke dalam tiga tabung reaksi berbeda. Ditempatkan ketiga tabung reaksi tersebut ke dalam penanggas es. Ditambahkan 10 tetes H2SO4 pekas yang suda didinginkan ke masing-masing tabung reaksi tersebut sambil digoyangkan. Diamati perubahan yang terjadi.

2.4    Hasil Pengamatan
1.      Sifat Fisika Hidrokarbon
·         Reaksi dengan Air
1.      Air + Minyak goreng menghasilkan 2 larutan 2 fasa minyak berada pada bagian atas dan air pada bagian bawahnya
2.      Air + Toluen menghasilkan larutan 2 fasa bercampur terdapat gelembung
3.      Air + Sikloheksena menghasilkan larutan 2 fasa tidal bercampur
·         Reaksi dengan Minyak Tanah
1.      Minyak tanah + Minyak goreng, larut
2.      Minyak tanah + Toluen, larut
3.      Minyak tanah + Sikloheksena, larut

2.      Sifat Kimia Hidrokarbon.
·         Reaksi Pembakaran :
1.      Sikloheksena dibakar menghasilkan nyala api kecil dan cepat mati.
2.      Toluen dibakar menghasilkan nyala api besar, dan tidak cepat mati.
3.      Minyak goreng dibakar, tidak ada nyala api dan kering.
·         Reaksi dengan KMnO4
1.      KMnO4 (13 tetes) + sikloheksena terbentuk endapan coklat.
2.      KMnO4 (10 tetes) + toluene terbentuk 2 fasa berwarna ungu dan terdapat gelembung-gelembung.
3.      KMnO4 (10 tetes) + minyak goreng terbentuk warna larutan merah kecoklatan dan mengental.
·         Reaksi dengan H2SO4 pekat
1.      H2SO4 + sikloheksana terbentuk 2 fasa dan terjadi pelepasan panas.
2.      H2SO4 + toluene terjadi pelepasan panas yang lebih panas dari 2 percobaan lain.
3.      H2SO4 + minyak goreng terjadi pelepasan panas.
 
2.5  Pembahasan
Pada percobaan praktikum kali ini ada beberapa percobaan yang dilakukan yaitu mengidentifikasi hidrokarbon melalui sifat-sifat fisikanya maupun sifat-sifat kimianya. Untuk mengetahui sifat-sifat fisika hidrokarbon tersebut percobaan yang dilakukan yaitu mereaksikan senyawa-senyawa hidrokarbon dengan air dan dengan minyak. Sedangkan untuk mengetahui sifat kimianya, percobaan yang dilakukan yaitu dengan reaksi pembakaran, mereaksikan hidrokarbon dengan KMnO4, dan mereaksikan dengan H2SO4.
Pada percobaan pertama yaitu sikloheksena, minyak goreng, dan toluen masing-masing direaksikan dengan air. Ketiga senyawa hidrokarbon tersebut direaksikan dengan air dan meghasilkan larutan dengan 2 fasa. Antara air dengan ketiga senyawa hidrokarbon tersebut tidak dapat bercampur. Dari sini dapat terlihat jelas bahwa air bersifat polar sedangkan sikloheksena, minyak goreng, ataupun toluen merupakan senyawa non polar. Itulah yang menyebabkan ke tiga senyawa hidrokarbon tersebut tidak dapat larut dalam air. Karena perbedaan kepolaran senyawa tersebut. Senyawa non polar hanya larut dan dapat bercampur pada senyawa non polar. Seperti halnya pada percobaan selanjutnya yaitu masing-masing dari ke tiga senyawa hidrokarbon tersebut direaksikan dengan minyak tanah, baik sikloheksena, toluene ataupun minyak goreng direaksikan dengan minyak tanah dapat larut dan dapat bercampur. Hal ini dikarenakan sifat kepolaran yang sama antara pereaksi dengan senyawa hidrokarbon tersebut yaitu sama-sama bersifat non polar.
Pada percobaan kedua yaitu sikloheksena, minyak goreng, maupun toluen masing-masing dibakar. Sikloheksena dibakar dengan api menghasilkan nyala api kecil dan nyala api tersebut cepat mati. Toluen dibakar dengan api menghasilkan nyala api yang besar dan api rersebut tidak cepat mati atau bertahan menyala dengan lama. Sedangkan minyak goring dibakar dengan api tidak menghasilkan nyala api dan kering. Dari ketiga hasil pengamatan tersebut dapat kita lihat bahwa ternyata toluene lah yang menghasilkan nyala api paling baik dan lebih tahan lama yang artinya diantara ketiga senyawa hidrokarbon tersebut yang dapat bereaksi dengan O2 pada saat terjadi oksidasi dan pembakaran yang paling mudah bereaksi adalah toluen karena toluene lebih bersifat reaktif diantara kedua senyawa hidrokarbon lain yang diujikan
Pada percobaan ketiga yaitu ketiga senyawa hydrogen tersebut masing-masing direaksikan dengan KMnO4. Sikloheksena direaksikan dengan KMnO4 sedikit demi sedikit sampai 13 tetes ditambahkan ke dalam sikloheksena menghilangkan warna ungu KMnO4 dan terbentuknya endapan berwarna coklat. Toluen direaksikan dengan KMnO4 sebanyak 10 tetes menghasilkan 2 fasa larutan berwarna ungu dan terdapat gelembung-gelembung di dalamnya. Sedangkan pada minyak goreng ditambahkan 10 tetes KMnO4 menghasilkan larutan yang berwarna merah kecoklatan. Dari ketiga senyawa hidrokarbon tersebut dapat terlihat jelas bahwa KMnO4 hanya akan mengoksidasi sikloheksena terlihat dari perubahan warna dan terbentuknya endapan berwarna coklat. Sedangkan pada toluene dan minyak goreng KMnO4 tidak bereaksi karena KMnO4 tidak bersifat reaktif pada senyawa aromatic maupun senyawa alkana. KMnO4 hanya akan reaktif jika bereaksi dengan senyawa tak jenuh.
Pada percobaan keempat yaitu, ketiga senyawa hidrokarbon tersebut masing-masing direaksikan dengan H2SO4 pekat dingin. Sikloheksena direaksikan dengan H2SO4 dingin terjadi pelepasan panas dan terbentuk 2 fasa. Sedangkan pada toluene dan minyak goreng juga diamti adanya perubahan panas yang terjadi pada dinding tabung. Dari yang sebelumnya dingin menjadi lebih panas. Dari sini terlihat bahwa adanya perpindahan  panas dari sistem ke lingkungan. Seperti yang kita ketahui bahwa reaksi ttersebut dinamakan reaksi eksotermik yang ditandai dengan pelepasan panas.

BAB III
KESIMPULAN
3.1  Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dalam percobaan ini yaitu:
1.      Sikloheksena, toluene, dan minyak goreng merupakan senyawa non polar.
2.      Toluena merupakan senyawa hidrokarbon yang paling reaktif saat terjadi reaksi pembakaran.
3.      Sikloheksena merupakan senyawa reaktif saat terjadi reaksi oksidasi oleh KMnO4.
4.      Terjadi reaksi eksotermik saat senyawa hidrokarbon direaksikan dengan H2SO4 pekat dingin.

Sunday, October 21, 2012

Identifikasi Aldehida dan Keton

Percobaan 5
Identifikasi Aldehida dan Keton
Senin, 15 Oktober 2012
 
I. Tujuan
            1. Mengidentifikasi kandungan Aldehida dan Keton.
II. Dasar Teori
Aldehid dan keton sebagai senyawa karbonil
Aldehid dan keton adalah senyawa-senyawa sederhana yang mengandung sebuah gugus karbonil – sebuah ikatan rangkap C=O. Aldehid dan keton termasuk senyawa yang sederhana jika ditinjau berdasarkan tidak adanya gugus-gugus reaktif yang lain seperti -OH atau -Cl yang terikat langsung pada atom karbon di gugus karbonil – seperti yang bisa ditemukan misalnya pada asam-asam karboksilat yang mengandung gugus -COOH.
 
Contoh-contoh aldehid
Pada aldehid, gugus karbonil memiliki satu atom hidrogen yang terikat padanya bersama dengan salah satu dari gugus berikut:
  • atom hidrogen lain
  • atau, yang lebih umum, sebuah gugus hidrokarbon yang bisa berupa gugus alkil atau gugus yang mengandung sebuah cincin benzen.
Penamaan aldehid didasarkan pada jumlah total atom karbon yang terdapat dalam rantai terpanjang – termasuk atom karbon yang terdapat pada gugus karbonil. Jika ada gugus samping yang terikat pada rantai terpanjang tersebut, maka atom karbon pada gugus karbonil harus selalu dianggap sebagai atom karbon nomor 1.
 
Ikatan dan Kereaktifan
 
Ikatan pada gugus karbonil
            Atom oksigen jauh lebih elektronegatif dibanding karbon sehingga memiliki kecenderungan kuat untuk menarik elektron-elektron yang terdapat dalam ikatan C=O kearahnya sendiri. Salah satu dari dua pasang elektron yang membentuk ikatan rangkap C=O bahkan lebih mudah tertarik ke arah oksigen. Ini menyebabkan ikatan rangkap C=O sangat polar.
 
Reaksi-reaksi penting dari gugus karbonil
Atom karbon yang sedikit bermuatan positif pada gugus karbonil bisa diserang oleh nukleofil. Nukleofil merupakan sebuah ion bermuatan negatif (misalnya, ion sianida, CN-), atau bagian yang bermuatan negatif dari sebuah molekul (misalnya, pasangan elektron bebas pada sebuah atom nitrogen dalam molekul amonia NH3).
Selama reaksi berlangsung, ikatan rangkap C=O terputus. Efek murni dari pemutusan ikatan ini adalah bahwa gugus karbonil akan mengalami reaksi adisi, seringkali diikuti dengan hilangnya sebuah molekul air. Ini menghasilkan reaksi yang dikenal sebagai adisi-eliminasi atau kondensasi. Dalam pembahasan tentang aldehid dan keton anda akan menemukan banyak contoh reaksi adisi sederhana dan reaksi adisi-eliminasi.
Aldehid dan keton mengandung sebuah gugus karbonil. Ini berarti bahwa reaksi keduanya sangat mirip jika ditinjau berdasarkan gugus karbonilnya.
 
Perbedaan aldehid dan keton
Aldehid berbeda dengan keton karena memiliki sebuah atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonilnya. Ini menyebabkan aldehid sangat mudah teroksidasi.Sebagai contoh, etanal, CH3CHO, sangat mudah dioksiasi baik menjadi asam etanoat, CH3COOH, atau ion etanoat, CH3COO-.
Keton tidak memiliki atom hidrogen tersebut sehingga tidak mudah dioksidasi. Keton hanya bisa dioksidasi dengan menggunakan agen pengoksidasi kuat yang memiliki kemampuan untuk memutus ikatan karbon-karbon.Oksidasi aldehid dan keton juga dibahas dalam modul belajar online ini pada sebuah halaman khusus di topik aldehid dan keton.
 
Sifat-sifat fisik
 
Titik didih
Aldehid sederhana seperti metanal memiliki wujud gas (titik didih -21°C), dan etanal memiliki titik didih +21°C. Ini berarti bahwa etanal akan mendidih pada suhu yang mendekati suhu kamar.Aladehid dan keton lainnya berwujud cair, dengan titik didih yang semakin meningkat apabila molekul semakin besar.Besarnya titik didih dikendalikan oleh kekuatan gaya-gaya antar-molekul.
 
Gaya dispersi van der Waals
Gaya tarik ini menjadi lebih kuat apabila molekul menjadi lebih panjang dan memiliki lebih banyak elektron. Peningkatan gaya tarik ini akan meningkatkan ukuran dipol-dipol temporer yang terbentuk. Inilah sebabnya mengapa titik didih meningkat apabila jumlah atom karbon dalam rantai juga meningkat – baik pada aldehid maupun pada keton.
 
Gaya tarik dipol-dipol van der Waals
Aldehid dan keton adalah molekul polar karena adanya ikatan rangkap C=O. Seperti halnya gaya-gaya dispersi, juga akan ada gaya tarik antara dipol-dipol permanen pada molekul-molekul yang berdekatan.Ini berarti bahwa titik didih akan menjadi lebih tinggi dibanding titik didih hidrokarbon yang berukuran sama – yang mana hanya memiliki gaya dispersi.
Mari kita membandingkan titik didih dari tiga senyawa hidrokarbon yang memiliki besar molekul yang mirip. Ketiga senyawa ini memiliki panjang rantai yang sama, dan jumlah elektronnya juga mirip (walaupun tidak identik).
molekul
tipe
titik didih (°C)
CH3CH2CH3
alkana
-42
CH3CHO
aldehid
+21
CH3CH2OH
alkohol
+78
Pada tabel di atas kita bisa melihat bahwa aldehid (yang memiliki gaya tarik dipol-dipol dan gaya tarik dispersi) memiliki titik didih yang lebih tinggi dari alkana berukuran sebanding yang hanya memiliki gaya dispersi.
Akan tetapi, titik didih aldehid lebih rendah dari titik didih alkohol. Pada alkohol, terdapat ikatan hidrogen ditambah dengan dua jenis gaya-tarik antar molekul lainnya (gaya-tarik dipol-dipol dan gaya-tarik dispersi).
Walaupun aldehid dan keton merupakan molekul yang sangat polar, namun keduanya tidak memiliki atom hidrogen yang terikat langsung pada oksigen, sehingga tidak bisa membentuk ikatan hidrogen sesamanya.
 
Kelarutan dalam air
Aldehid dan keton yang kecil dapat larut secara bebas dalam air tetapi kelarutannya berkurang seiring dengan pertambahan panjang rantai. Sebagai contoh, metanal, etanal dan propanon – yang merupakan aldehid dan keton berukuran kecil – dapat bercampur dengan air pada semua perbandingan volume.Alasan mengapa aldehid dan keton yang kecil dapat larut dalam air adalah bahwa walaupun aldehid dan keton tidak bisa saling berikatan hidrogen sesamanya, namun keduanya bisa berikatan hidrogen dengan molekul air.
Salah satu dari atom hidrogen yang sedikit bermuatan positif dalam sebuah molekul air bisa tertarik dengan baik ke salah satu pasangan elektron bebas pada atom oksigen dari sebuah aldehid atau keton untuk membentuk sebuah ikatan hidrogen.

IODOFORM
Iodoform merupakan salah satu haloform yang berbentuk kristal berwarna kuning, dan sedikit larut dalam air. Secara umum haloform dibuat dari suatu senyawa metil keton/ metil aldehida atau dari senyawa yang bila teroksidasi menghasilkan senyawa tersebut.

Tes Benedict
Tes Benedict memberikan hasil positif bila terbentuk endapan merah bata.

III. Alat dan Bahan
Alat :
- Gelas Beaker
- Batang Pengaduk
- Erlenmeyer
- Kertas Saring
- Neraca Analitik
- Corong
 
Bahan :
- KI
- NaOCl 5%
- Aseton
- Alkohol
- Formaldehida
- Benzaldehida
- Pereaksi Benedict


IV. Prosedur
A. Iodoform
1. Dengan menggunakan gelas beaker, dilarutkan 6g KI dalam 100 ml air, kemudian tambahkan 2 mL aseton
2. Ditambahkan pelan-pelan, sambil diaduk, NaOCL 5% sampai terbentuk endapan iodoform.
3. Didiamkan campuran selama 10 menit, kemudian disaring.  Kristal yang diperoleh dicuci                     2-3 kali
4. Rekristalisasi dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Tempatkan kristal dalam beaker dan tambahkan sedikit demi sedikit alkohol sambil dipanaskan sampai iodoform larut.  Saring larutan yang masih panas ke dalam gelas beaker dan didinginkan.  Kristal yang terbentuk disaring dan dikeringkan.  Ditimbang berat kristal yang dihasilkan

B. Tes Benedict
 1. Ditempatkan masing-masing 10 tetes formaldehid, benzaldehida, dan aseton ke dalam 3 tabung reaksi yang bersih dan kering
2. Ditambahkan 2 mL (40 tetes) pereaksi Benedict ke dalam setiap tabung reaksi
3. Dikocok setiap tabung reaksi dan kemudian panaskan tabung reaksi (di atas 90°C) dalam beaker yang berisi air selama 10 menit
4. Didinginkan tabung reaksi dan amati yang terjadi

V. Hasil Pengamatan
A. Iodoform
Pertama tama, siapkan gelas beaker.  Kemudian larutkan 6 g KI dalam 100 mL aquadest. Selanjutnya tambahkan 2 mL Aseton ke dalam gelas beaker supaya Iodin dari KI akan mengoksidasi Aseton.  Lalu tambahkan dengan perlahan NaOCl 5% sambil diaduk agar mempercepat reaksi hingga terbentuknya  kristal Kloroform yang berwarna Kuning bening di dalam suasana basa.  Selanjutnya, diamkan gelas beaker selama ± 10 Menit, lalu campuran tadi di saring menggunakan kertas saring, Corong dan labu erlenmeyer dan kristal yang diperoleh di cuci 2-3 kali.  Selanjutnya masukkan kristal ke dalam gelas beaker yang baru dan ditambahkan dengan alkohol sambil dipanaskan di atas penanggas hingga kristal iodoform larut. Larutan iodoform yang masih panas di saring dengan kertas saring ke dalam gelas beker dan didinginkan.  Setelah selesai timbang berat kristal Iodoform yang dihasilkan.  Hasil yang diperoleh adalah __ g

B. Tes Benedict
Pertama tama siapkan 3 buah tabung reaksi dan masing-masing dari tabung reaksi diisi dengan 10 tetes formaldehid, benzaldehid dan aseton. Lalu pada setiap tabung reaksi tadi ditambahkan 2 mL reagen Benedict.  Lalu kocok dan panaskan hingga suhu pemanasan lebih dari 90°C di dalam beaker yang berisi air selama 10 menit.  Selanjutnya tabung reaksi di dinginkan dan dari hasil pengamatan praktikan di peroleh hasil
 

VI. Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai Identifikasi Aldehida dan Keton dengan menggunakan metode Iodoform dan Tes Benedict.
Pertama tama, siapkan gelas beaker.  Kemudian larutkan 6 g KI dalam 100 mL aquadest untuk mengionisasi KI menjadi K
 VII. Kesimpulan

VIII. Daftar Pustaka
Siti Nurbayti, M.Si.2011. Penuntun Praktikum Kimia Organik I.Jakarta:UIN Syarif
        Hidayatullah
http://hokage6.wordpress.com/2008/05/04/mengenal-aldehid-dan-keton/
http://rahmiatkins.blogspot.com/2011/07/laporan-organik-pembuatan-iodoform.html
http://www.scribd.com/doc/46124303/Identifikasi-Aldehid-dan-Keton
IX. Lampiran
1. Tuliskan masing-masing reaksi yang terjadi dan mekanismenya !
2. Sebutkan fungsi aseton dan NaOCl dalam kristalisasi iodoform !
3. Sebutkan komponen/isi dari reagent Benedict !
4. Jelaskan cara lain untuk melakukan identifikasi terhadap senyawa aldehida dan keton !

Jawab
1.Tes Benedict
 
    Iodoform
2. Aseton
    - Pengikat I-
    - Membentuk kristal Iodoform
 
    NaOCl
    - Mengoksidasi I2 sehingga terbentuk NaOI
    - Pemberi suasana basa
3.  Natrium Karbonat Anhidrat (Na2Co3)
     Natrium Sitrat (Na3C6H5O7 )
     Tembaga (II) sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2o)
     Aquadest 
4.

1.     Pengamatan Langsung
-        Disiapkan 2 tabung reaksi yang bersih dan kering, beri label sesuai dengan nama sampel uji.
-        Tabung reaksi I diisi dengan 1ml formaldehid dan tabung II dengan 1ml aseton. Diperhatikan warna dan baunya.
-        Selanjutnya tambahkan air tetes demi tetes (10 tetes) dan kocok.

2.     Tes KMnO4
-        Diambil sebagian larutan I diatas.
-        Tiap tabung ditambahkan 1-2 tetes larutan KMnO4 0,1N.
-        Diperhatikan warna larutan KMnO4 tersebut.

3.     Tes Asam Kromat
-        Diambil sisa larutan diatas
-        Tiap tabung reaksi ditambahkan 5 tetes reagen kromat (penambahan tiap tes dilakukan pengocokan).
-        Ditutup mulut tabung reaksi dengan sumpat gabus dan kocok larutan dsampai homogen.
-        Dilepaskan tutup dan biarkan selama 10 menit.

4.     Tes Tollens
-        Disiapkan 2 tabung reaksi yang bersih dan kering, beri label sesuai dengan nama sampel uji.
-        Ke dalam masing-masing tabung reaksi ditambahkan 2ml reagen Tollens, kemudiian kedalam tabung I ditambahkan 0,5ml formaldehid dan tabung II ditambahkan 0,5ml aseton.
-        Ditutup kedua tabung reaksi dengan sumbat gabus dan dikocok larutan dengan kuat.
-        Dilepaskan tutup dan ditempatkan kedua tabung reaksi pada waterbath pada suhu 60oC selama 5 menit.
-        Diambil tabung reaksi pada waterbath
5