Percobaan 5
Identifikasi Aldehida dan Keton
Senin, 15 Oktober 2012
I. Tujuan
1. Mengidentifikasi kandungan Aldehida dan Keton.
II. Dasar Teori
Aldehid dan keton sebagai senyawa karbonil
Aldehid dan keton adalah
senyawa-senyawa sederhana yang mengandung sebuah gugus karbonil –
sebuah ikatan rangkap C=O. Aldehid dan keton termasuk senyawa yang sederhana
jika ditinjau berdasarkan tidak adanya gugus-gugus reaktif yang lain seperti
-OH atau -Cl yang terikat langsung pada atom karbon di gugus karbonil – seperti
yang bisa ditemukan misalnya pada asam-asam karboksilat yang mengandung gugus
-COOH.
Contoh-contoh aldehid
Pada aldehid, gugus
karbonil memiliki satu atom hidrogen yang terikat padanya bersama
dengan salah satu dari gugus berikut:
- atom hidrogen lain
- atau, yang lebih umum, sebuah gugus hidrokarbon yang bisa berupa gugus alkil atau gugus yang mengandung sebuah cincin benzen.
Penamaan aldehid didasarkan
pada jumlah total atom karbon yang terdapat dalam rantai terpanjang – termasuk
atom karbon yang terdapat pada gugus karbonil. Jika ada gugus samping yang
terikat pada rantai terpanjang tersebut, maka atom karbon pada gugus karbonil
harus selalu dianggap sebagai atom karbon nomor 1.
Ikatan dan Kereaktifan
Ikatan pada gugus karbonil
Atom
oksigen jauh lebih elektronegatif dibanding karbon sehingga memiliki
kecenderungan kuat untuk menarik elektron-elektron yang terdapat dalam ikatan
C=O kearahnya sendiri. Salah satu dari dua pasang elektron yang membentuk
ikatan rangkap C=O bahkan lebih mudah tertarik ke arah oksigen. Ini menyebabkan
ikatan rangkap C=O sangat polar.
Reaksi-reaksi penting dari gugus karbonil
Atom karbon yang sedikit
bermuatan positif pada gugus karbonil bisa diserang oleh nukleofil.
Nukleofil merupakan sebuah ion bermuatan negatif (misalnya, ion sianida, CN-),
atau bagian yang bermuatan negatif dari sebuah molekul (misalnya, pasangan
elektron bebas pada sebuah atom nitrogen dalam molekul amonia NH3).
Selama reaksi berlangsung,
ikatan rangkap C=O terputus. Efek murni dari pemutusan ikatan ini adalah bahwa
gugus karbonil akan mengalami reaksi adisi, seringkali diikuti
dengan hilangnya sebuah molekul air. Ini menghasilkan reaksi yang dikenal
sebagai adisi-eliminasi atau kondensasi. Dalam
pembahasan tentang aldehid dan keton anda akan menemukan banyak contoh reaksi
adisi sederhana dan reaksi adisi-eliminasi.
Aldehid dan keton
mengandung sebuah gugus karbonil. Ini berarti bahwa reaksi keduanya sangat
mirip jika ditinjau berdasarkan gugus karbonilnya.
Perbedaan aldehid dan keton
Aldehid berbeda dengan
keton karena memiliki sebuah atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonilnya.
Ini menyebabkan aldehid sangat mudah teroksidasi.Sebagai contoh, etanal, CH3CHO,
sangat mudah dioksiasi baik menjadi asam etanoat, CH3COOH, atau ion
etanoat, CH3COO-.
Keton tidak memiliki atom
hidrogen tersebut sehingga tidak mudah dioksidasi. Keton hanya bisa dioksidasi
dengan menggunakan agen pengoksidasi kuat yang memiliki kemampuan untuk memutus
ikatan karbon-karbon.Oksidasi aldehid dan keton juga dibahas dalam modul
belajar online ini pada sebuah halaman khusus di topik aldehid dan keton.
Sifat-sifat fisik
Titik didih
Aldehid sederhana seperti
metanal memiliki wujud gas (titik didih -21°C), dan etanal memiliki titik didih
+21°C. Ini berarti bahwa etanal akan mendidih pada suhu yang mendekati suhu
kamar.Aladehid dan keton lainnya berwujud cair, dengan titik didih yang semakin
meningkat apabila molekul semakin besar.Besarnya titik didih dikendalikan oleh
kekuatan gaya-gaya antar-molekul.
Gaya dispersi van der Waals
Gaya tarik ini menjadi lebih
kuat apabila molekul menjadi lebih panjang dan memiliki lebih banyak elektron.
Peningkatan gaya tarik ini akan meningkatkan ukuran dipol-dipol temporer yang
terbentuk. Inilah sebabnya mengapa titik didih meningkat apabila jumlah atom
karbon dalam rantai juga meningkat – baik pada aldehid maupun pada keton.
Gaya tarik dipol-dipol van
der Waals
Aldehid dan keton adalah
molekul polar karena adanya ikatan rangkap C=O. Seperti halnya gaya-gaya
dispersi, juga akan ada gaya tarik antara dipol-dipol permanen pada
molekul-molekul yang berdekatan.Ini berarti bahwa titik didih akan menjadi
lebih tinggi dibanding titik didih hidrokarbon yang berukuran sama – yang mana
hanya memiliki gaya dispersi.
Mari kita membandingkan
titik didih dari tiga senyawa hidrokarbon yang memiliki besar molekul yang
mirip. Ketiga senyawa ini memiliki panjang rantai yang sama, dan jumlah
elektronnya juga mirip (walaupun tidak identik).
molekul
|
tipe
|
titik
didih (°C)
|
CH3CH2CH3
|
alkana
|
-42
|
CH3CHO
|
aldehid
|
+21
|
CH3CH2OH
|
alkohol
|
+78
|
Pada tabel di atas kita
bisa melihat bahwa aldehid (yang memiliki gaya tarik dipol-dipol dan gaya tarik
dispersi) memiliki titik didih yang lebih tinggi dari alkana berukuran
sebanding yang hanya memiliki gaya dispersi.
Akan tetapi, titik didih
aldehid lebih rendah dari titik didih alkohol. Pada alkohol, terdapat ikatan
hidrogen ditambah dengan dua jenis gaya-tarik antar molekul lainnya (gaya-tarik
dipol-dipol dan gaya-tarik dispersi).
Walaupun aldehid dan keton
merupakan molekul yang sangat polar, namun keduanya tidak memiliki atom
hidrogen yang terikat langsung pada oksigen, sehingga tidak bisa membentuk
ikatan hidrogen sesamanya.
Kelarutan dalam air
Aldehid dan keton yang
kecil dapat larut secara bebas dalam air tetapi kelarutannya berkurang seiring dengan
pertambahan panjang rantai. Sebagai contoh, metanal, etanal dan propanon – yang
merupakan aldehid dan keton berukuran kecil – dapat bercampur dengan air pada
semua perbandingan volume.Alasan mengapa aldehid dan keton yang kecil dapat
larut dalam air adalah bahwa walaupun aldehid dan keton tidak bisa saling
berikatan hidrogen sesamanya, namun keduanya bisa berikatan hidrogen
dengan molekul air.
Salah satu dari atom
hidrogen yang sedikit bermuatan positif dalam sebuah molekul air bisa tertarik
dengan baik ke salah satu pasangan elektron bebas pada atom oksigen dari sebuah
aldehid atau keton untuk membentuk sebuah ikatan hidrogen.
IODOFORM
IODOFORM
Iodoform merupakan salah satu haloform yang berbentuk kristal berwarna kuning, dan sedikit larut dalam air. Secara umum haloform dibuat dari suatu senyawa metil keton/ metil aldehida atau dari senyawa yang bila teroksidasi menghasilkan senyawa tersebut.
Tes Benedict
Tes Benedict
Tes Benedict memberikan hasil positif bila terbentuk endapan merah bata.
III. Alat dan Bahan
III. Alat dan Bahan
Alat :
- Gelas Beaker
- Batang Pengaduk
- Erlenmeyer
- Kertas Saring
- Neraca Analitik
- Corong
Bahan :
- KI
- NaOCl 5%
- Aseton
- Alkohol
- Formaldehida
- Benzaldehida
- Pereaksi Benedict
IV. Prosedur
IV. Prosedur
A. Iodoform
1. Dengan menggunakan gelas beaker, dilarutkan 6g KI dalam 100 ml air, kemudian tambahkan 2 mL aseton
2. Ditambahkan pelan-pelan, sambil diaduk, NaOCL 5% sampai terbentuk endapan iodoform.
3. Didiamkan campuran selama 10 menit, kemudian disaring. Kristal yang diperoleh dicuci 2-3 kali
4. Rekristalisasi dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Tempatkan kristal dalam beaker dan tambahkan sedikit demi sedikit alkohol sambil dipanaskan sampai iodoform larut. Saring larutan yang masih panas ke dalam gelas beaker dan didinginkan. Kristal yang terbentuk disaring dan dikeringkan. Ditimbang berat kristal yang dihasilkan
B. Tes Benedict
1. Ditempatkan masing-masing 10 tetes formaldehid, benzaldehida, dan aseton ke dalam 3 tabung reaksi yang bersih dan kering
2. Ditambahkan 2 mL (40 tetes) pereaksi Benedict ke dalam setiap tabung reaksi
3. Dikocok setiap tabung reaksi dan kemudian panaskan tabung reaksi (di atas 90°C) dalam beaker yang berisi air selama 10 menit
4. Didinginkan tabung reaksi dan amati yang terjadi
V. Hasil Pengamatan
V. Hasil Pengamatan
A. Iodoform
Pertama tama, siapkan gelas beaker. Kemudian larutkan
6 g KI dalam 100 mL aquadest. Selanjutnya tambahkan 2 mL Aseton ke dalam gelas
beaker supaya Iodin dari KI akan mengoksidasi Aseton. Lalu tambahkan dengan perlahan NaOCl 5%
sambil diaduk agar mempercepat reaksi hingga terbentuknya kristal Kloroform yang berwarna Kuning bening
di dalam suasana basa. Selanjutnya,
diamkan gelas beaker selama ± 10 Menit, lalu campuran tadi di
saring menggunakan kertas saring, Corong dan labu erlenmeyer dan kristal yang
diperoleh di cuci 2-3 kali. Selanjutnya
masukkan kristal ke dalam gelas beaker yang baru dan ditambahkan dengan alkohol
sambil dipanaskan di atas penanggas hingga kristal iodoform larut. Larutan
iodoform yang masih panas di saring dengan kertas saring ke dalam gelas beker
dan didinginkan. Setelah selesai timbang
berat kristal Iodoform yang dihasilkan.
Hasil yang diperoleh adalah __ g
B. Tes Benedict
Pertama tama siapkan 3 buah tabung reaksi dan masing-masing dari tabung reaksi diisi dengan 10 tetes formaldehid, benzaldehid dan aseton. Lalu pada setiap tabung reaksi tadi ditambahkan 2 mL reagen Benedict. Lalu kocok dan panaskan hingga suhu pemanasan lebih dari 90°C di dalam beaker yang berisi air selama 10 menit. Selanjutnya tabung reaksi di dinginkan dan dari hasil pengamatan praktikan di peroleh hasil
VI. Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai Identifikasi Aldehida dan Keton dengan menggunakan metode Iodoform dan Tes Benedict.
Pertama tama, siapkan gelas beaker. Kemudian larutkan 6 g KI dalam 100 mL aquadest untuk mengionisasi KI menjadi K
VII. Kesimpulan
VII. Kesimpulan
VIII. Daftar Pustaka
Siti Nurbayti, M.Si.2011.
Penuntun Praktikum Kimia Organik I.Jakarta:UIN Syarif
Hidayatullah
http://hokage6.wordpress.com/2008/05/04/mengenal-aldehid-dan-keton/
http://rahmiatkins.blogspot.com/2011/07/laporan-organik-pembuatan-iodoform.html
http://www.scribd.com/doc/46124303/Identifikasi-Aldehid-dan-Keton
IX. Lampiran
IX. Lampiran
1. Tuliskan masing-masing reaksi yang terjadi dan mekanismenya !
2. Sebutkan fungsi aseton dan NaOCl dalam kristalisasi iodoform !
3. Sebutkan komponen/isi dari reagent Benedict !
4. Jelaskan cara lain untuk melakukan identifikasi terhadap senyawa aldehida dan keton !
Jawab
Jawab
1.Tes Benedict
Iodoform
2. Aseton
- Pengikat I-
- Membentuk kristal Iodoform
NaOCl
- Mengoksidasi I2 sehingga terbentuk NaOI
- Pemberi suasana basa
3. Natrium Karbonat Anhidrat (Na2Co3)
Natrium Sitrat (Na3C6H5O7
)
Tembaga (II) sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2o)
Aquadest
4.
1. Pengamatan Langsung
-
Disiapkan 2
tabung reaksi yang bersih dan kering, beri label sesuai dengan nama sampel uji.
-
Tabung
reaksi I diisi dengan 1ml formaldehid dan tabung II dengan 1ml aseton. Diperhatikan warna dan baunya.
-
Selanjutnya
tambahkan air tetes demi tetes (10 tetes) dan kocok.
2. Tes KMnO4
-
Diambil
sebagian larutan I diatas.
-
Tiap tabung
ditambahkan 1-2 tetes larutan KMnO4 0,1N.
-
Diperhatikan
warna larutan KMnO4 tersebut.
3. Tes Asam Kromat
-
Diambil
sisa larutan diatas
-
Tiap tabung
reaksi ditambahkan 5 tetes reagen kromat (penambahan tiap tes dilakukan
pengocokan).
-
Ditutup
mulut tabung reaksi dengan sumpat gabus dan kocok larutan dsampai homogen.
-
Dilepaskan
tutup dan biarkan selama 10 menit.
4. Tes Tollens
-
Disiapkan 2
tabung reaksi yang bersih dan kering, beri label sesuai dengan nama sampel uji.
-
Ke dalam
masing-masing tabung reaksi ditambahkan 2ml reagen Tollens, kemudiian kedalam
tabung I ditambahkan 0,5ml formaldehid dan tabung II ditambahkan 0,5ml aseton.
-
Ditutup
kedua tabung reaksi dengan sumbat gabus dan dikocok larutan dengan kuat.
-
Dilepaskan
tutup dan ditempatkan kedua tabung reaksi pada waterbath pada suhu 60oC
selama 5 menit.
-
Diambil
tabung reaksi pada waterbath
5
No comments:
Post a Comment